Gambar dari: www.ide2gue.co.vu |
Muhammad Nur Azami
Seni pada hakikatnya adalah suatu
karya yang berasal dari akal yang memiliki suatu nilai yang luar biasa. Antara seni dan
perjuangan terdapat hal-hal yang kontradiktif akan pemaknaannya. Jika
perjuangan mengandung makna usaha yang keras dan berkelahi, lain halnya dengan
makna seni yang berarti halus dan mengandung nilai estetika.
Para pemuda Indonesia telah
menerapkan nilai-nilai seni dalam perjuangan mereka. Kongres pemuda II yang
dilaksanakan pada tanggal 28 oktober 1928 terdapat seorang aktor yang dapat
memainkan kedua peran itu, Wage Rudolf Supratman adalah sosok aktor tersebut.
Sosok krusial yang mengkaryakan lagu Indonesia Raya yang penuh dengan makna
Nasionalisme, Patriotisme serta persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Ketika para pemuda berikrar bahwa
mereka bersatu dalam satu kesatuan tanah air, bangsa dan menjunjung bahasa
Indonesia sebagai jati diri Indonesia dalam kongres pemuda II. Maka lahirlah Sumpah Pemuda yang memberikan makna tersendiri
akan nilai-nilai perjuangan yang terdapat unsur estetika di dalamnya.
Melalui gesekan biola yang
dilantunkan oleh WR Supratman dihadapan para peserta kongres, sosok yang
dilahirkan di Jatinegara, Batavia, 9 Maret 1903 tersebut menampilkan dirinya
sebagai tokoh seniman yang turut andil dalam perjuangan pemuda Indonesia
sekaligus komposer dibalik lagu Indonesia Raya.
Maka ketika para tokoh pemuda
maju menyampaikan pidato politiknya dengan semangat bergelora, lain halnya
dengan WR Supratman yang unjuk gigi melalui kapasitas seorang seniman yaitu
melantunkan lagu Indonesia Raya yang sontak membuat peserta kongres hening dan
membakar semangat di dada mereka.
Kongres Pemuda II merupakan
moment bersejarah lahirnya Sumpah Pemuda dan juga pelantunan pertama kalinya
lagu Indonesia Raya. Lagu yang dilegalitaskan oleh Indonesia sebagai lagu
kebangsaan. Pada saat pembubaran panitia kongres pemuda II, barulah lagu
Indonesia Raya dinyanyikan secara koor diiringi oleh biola. Pada saat pembukaan
kongres PNI kedua pada tahun 1929 lagu Indonesia Raya kembali dinyanyikan, pada
akhirnya ditetapkan sebagai lagu kebangsaan sebelum proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 diproklamirkan.
Kehadiran nilai-nilai seni dalam
perjuangan mengajarkan kepada para generasi bangsa bahwa dalam berjuang bisa
melalui media apa saja. Siapa sangka WR Supratman yang hanya kita kenal sebagai
composer lagu Indonesia Raya ternyata memiliki keterkaitan dengan moment
bersejarah Sumpah Pemuda.
Melalui music WR Supratman
memberikan pesan bahwa berseni kita dapat mengungkapkan perasaan-perasaan,
gagasan-gagasan, serta harapan yang dapat kita berikan melalui media tersebut.
Melalui musiknya juga semangat perjuangan, cinta tanah air, serta persatuan dan
kesatuan dapat terikat secara emosional bagi bangsa Indonesia.
Berbanggalah para pemuda
Indonesia dewasa ini, dengan memiliki para tokoh pemuda yang luar biasa.
Peristiwa Sumpah Pemuda hendaklah dijadikan sebagai sebuah momentum untuk para
pemuda saat ini bangkit dari keterpurukan. Dekadensi moral dengan maraknya
peristiwa seks bebas, kasus narkoba, juga perpecahan para pemuda dengan
maraknya kasus tawuran dan perkelahian merupakan hal yang amat memprihatinkan
bagi Negeri permai ini.
Spirit Sumpah Pemuda sudah tidak
relevan lagi dengan para pemuda saat ini. Jiwa seniman dan pejuang WR Supratman
kini, tak lagi dimiliki oleh pemuda Indonesia. Musik pop korea dengan berbagai
Boy Bandnya, Musik metal dengan segala style-nya, menjadikan music hanya
sebagai media ikut-ikutan saja. Masih relevankah spirit Sumpah Pemuda saat ini?
Masih terjagakah esensi seni yang dimiliki oleh WR Supratman saat ini?
Bangkitlah pemuda Indonesia. Bangunlah Jiwanya, bangunlah badannya, untuk
Indonesia Raya.
0 komentar:
Posting Komentar